Jam Delapan
Sembilan Menit
Entah bagaimana ceritanya aku malam
itu sangat senang sekali, ditambah akan bertemu dengan nya, iyya dia seseorang
yang kurus tinggi kayak tiang listrik, yang sebelum ku tembak sudah menolak.
Yang kalau di rayu suka membentak. Iyya dia, sebut saja orang gila. Pukul
delapan malam setelah isyak, ku telephone dia, kucari nama dia di kontak hp ku,
ternyata dia punya banyak nomor, sehingga aku kesulitan mau telepon ke nomor
yang mana. Kayak nya dia konter hp deh,
soal nya banyak banget nomor nya di hpku. Setelah membutuhkan banyak waktu untuk mencari kontak
nya, akhir nya ketemu juga. Alhamdulillah.
Kuteleponlah dia, Tut tut tut,
bunyi nada dering nya. tak lama kemudian dia angkat telepon dariku, sebelum dia
menjawab, aku menjawab duluan “Assalamualaimu” kemudia dia menjawab dengan nada
kebiasaan nya yaitu sok cuek “walaikumsalam” setelah nya ku balas dengan suara yang sangat
lembut lalu aku bertanya kepadanya, “Kamu gk tadarusan tah ?” masih dengan nada cuek nya kemudia dia menjawab
“nggak”. Dan masih dengan nada sabar aku pun bertanya lagi kepada nya, “kamu,
pulang kapan?” “Pulang jum’at”, sambung nya. lah kok pulang jum’at, kataku. “Iyya
soal nya ada temenku yang mau kesini”. Dalam hati bertanya-tanya, siapakah
gerangan itu.
Kemudian tanpa rasa malu, dia
bertanya kepadaku. “kmu nanti balik nya hari apa?” “hari sabtu”, jawabku. “Balik
minggu dong” ! sambung nya. “Emang kenapa” ? tanyaku. “Motorku rusak, jadi
motorku aku tinggal aja di sana” dengan tegas nya lalu ku katakana pada nya “yaudah
kamu balik nya jalan kaki aja” “yaudah aku jalan kaki aja ya” jawab nya. dengan
sedikit senyuman lalu ku jawab ‘hehehe iya”. Setelah selang beberapa menit aku
baru sadar bahwa pulsaku hampir habis, anjiir ternyata kartu operator ku sama punya dia nggak sama. Baru ingat astaga.
Sebelum pulsaku habis, aku langsung ke inti permasalahan nya. “kamu ada di kos
nya sekarang?” tanyaku, “iya emang kenapa, mau kesini” dengan hati yang
berbunga-bunga dan senyum-senyum sendiri, lalu kujawablah. “hehehe iyya, tunggu
disana ya” kali ini dia jawab nya dengan nada yang tak biasa nya, lembut kayak
agar-agar. “iya” jawab nya.
Setelah dia bilang iya, kututup
telepon lalu aku bergegeas untuk menuju kos nya. saking semangat nya pas mau
ngidupin motor ternyata kontak motor nya ketinggalan di atas, astaga… saking
semangat nya, dengan susah payah. Ku berlari secepat kilat, kunaiki anak tangga
itu. Ya ampuuun ternyata kontak motor nya itu di lantai tiga. Dengan nada suara
yang ngosngosan karna kelelahan ngambil kontak itu, ku hidpkanlah motor itu,
cus langsung pancal gas penuh.
Sesampai nya di tujuan, ternyata
gerbang kos nya di tutup. Ku telepon dia, tut tut tut. Astaga dia lama banget
angkat telepon nya. dan setelah di angkat dia langsung bilang “tunggu dulu ya” “iya”
jawabku. Tak lama kemudian dia pun keluar dari kos nya, perlahan dia buka
gerbang kos nya. astaga, dia kluar tanpa pake krudung, kayak kuntilanak aja. Rambut
nya berantakan. Pake acara senyum segala, astaghfirulloh takut aku. “dari
lantai berapa kok lama banget” tanyaku. “tadi belum pake baju” waduh, saat itu
pikiranku berantakan, beneran. Kuntilanak gk pake baju seperti apa ya jadi ya.
Tanpa
basi-basi lagi dia menyerahkan sebuah bingkisan plastic, dan ternyata isi nya
baju semua. “ini baju mau di cuci ke rumah nya” tanyaku sambil melihat ke arah plastic
tersebut. “nggak kok, itu baju baruku” singkat nya. sambil menunjuk ke motor
dia berkata “nih taroh di jok motor nya, muat gk” sambil ku tekan-tekan
pelastik tersebut “muat kok” jawabku. “kamu kok sendirian kesini” tanyanya. Dalam
hati ingin ku berkata, (mau sama siapa lagi, aku kan emang lagi sendiri) dengan
sedikit senyuman lalu kujawab “iya nggak pa2” “oh yaudah” singkat nya, sambil
bilang hus hush us pertanda disuruh pulang. Yaa ampun padahal aku masih rindu. “aku
belum mandi” ya ampun ternyata dia belum mandi pantes saja. Ku nyalakan sepeda
lalu dia mulai mau masuk ke kos nya kembali.
selesai